Efek anak-anak belajar di rumah membuat kita, para orangtua tak lagi khawatir karena membantu social distancing untuk anak-anak. Karena sebagaimana kita ketahui penyebaran virus Corona di Indonesia sangat cepat. Sedang anak dan manula adalah yang paling rentan karena imunitas mereka yang cenderung lebih rendah ketimbang kita para orangtua.
Namun tak bisa kita pungkiri, menjadi asisten (sementara) gurunya anak-anak ternyata gak semudah kita bayangkan. Saya adalah seorang pengajar yang terbiasa mendidik anak dengan karakter dan tingkat usia yang beragam. Tapi saya akui mengajar anak sendiri punya sensasi yang berbeda. Mengajar anak sendiri ternyata jauh lebih sulit. Anak cenderung lebih manja karena merasa saya adalah orang terdekatnya. Belum lagi kita harus bisa menumbuhkan rasa malas karena mereka kurang bersemangat belajar sendiri tanpa teman-teman seperti biasa.
Tapi apapun konsep belajar yang kita inginkan, perlu sekali menanamkan kepada anak bahwa di manapun tempatnya adalah tempat belajar. Contohnya : di dapur kita anak belajar pembiasaan membantu orangtua, mengenal jenis sayuran dll; Di ruang keluarga, anak belajar bertoleransi dengan saudara, dan kasih sayang; begitupun di tempat lainnya.
Anakpun perlu dibiasakan untuk menerima siapapun sebagai partner belajar. Belajar tidak harus bersama guru. Belajar bersama ibu, ayah, ataupun kakak juga tak kalah menyenangkan.
Selain itu, anakpun perlu dibiasakan jika belajar tidak hanya dari jam 07.00-12.00. Belajar di rumah adalah belajar sepanjang hari. Waktu makan siang bersama keluarga, anak belajar adabnya makan, melatih panca inderanya dll. Tiba saatnya waktu sholat, anak melakukan pembiasaan wudu dan sholat untuk yang beragama islam. Dengan demikian belajar tak lagi menjadi beban untuk anak tapi menjadi suatu pembiasaan yang menyenangkan karena tidak terikat waktu, tempat dan kepada siapa kita belajar.
Perbedaan yang mencolok tersebut, mengakibatkan suasana belajar yang berbeda. Dengan demikian sudah selayaknya para orangtua menerapkan metode pendekatan yang berbeda pula
Saat anak belajar di rumah, Orangtua sebaiknya sebagai fasilitator, motivator, dan pemantik ide belajar anak. Memfasilitasi kebutuhan belajar dan minat anak. Memberikan kenyamanan bagi anak agar ia semangat menggali potensi diri. Dalam waktu-waktu tertentu, orangtua juga harus sebagai motivator dan pematik ide belajar anak. Membantu meraih tujuan yang ditetapkan dan menjaga agar kualitas proses dan hasil belajar anak agar optimal. Orangtua juga sebaiknya mampu menjadi teman diskusi yang baik untuk menajamkan gagasan dan kualitas hasil belajar anak. Diskusi dalam proses belajar anak di rumah sangatlah penting. Untuk menambah persepektif anak agar lebih beragam karena kadang anak mengerjakan tugas sekedarnya. Padahal mungkin saja anak mampu lebih dari itu. Sehingga perlu adanya sedikit dorongan agar anak lebih termotivasi dalam mengembangkan idenya menjadi lebih optimal.
Untuk menanamkan kedisiplinan pada anak kuncinya adalah hindari sikap fleksibilitas dan kelonggaran. Saya sendiri mengalami ini. Saya ada kesepakatan dengan tentang kapan anak saya boleh pegang gadget. Saya sepakat dengan anak-anak bahwa mereka boleh pegang gadget saat hari ahad. Tapi suatu ketika si adik rewel dan minta gadget. Dasar emak gak tega an dikasihkan deh yang dimau anak. Alhasil mereka jadi harus kerja keras untuk mengembalikan peraturan sesuai kesepakatan.
Namun tak bisa kita pungkiri, menjadi asisten (sementara) gurunya anak-anak ternyata gak semudah kita bayangkan. Saya adalah seorang pengajar yang terbiasa mendidik anak dengan karakter dan tingkat usia yang beragam. Tapi saya akui mengajar anak sendiri punya sensasi yang berbeda. Mengajar anak sendiri ternyata jauh lebih sulit. Anak cenderung lebih manja karena merasa saya adalah orang terdekatnya. Belum lagi kita harus bisa menumbuhkan rasa malas karena mereka kurang bersemangat belajar sendiri tanpa teman-teman seperti biasa.
Terus bagaimana mengkondisikan pembelajaran di rumah lebih efektif
Bagi anda yang masih suka kebingungan menentukan konsep belajar yang efektif dan menyenangkan untuk anak. Mungkin tips belajar ala Pakar Homeschooling, Ira Puspitasari dan Aar Sumardiono ini dapat membantu!1. Sebaiknya Orangtua Tidak Hanya Sekedar Memerintah
Anak zaman sekarang adalah anak-anak yang cerdas. Jika orangtua hanya sekedar memerintah saja, bisa jadi proses belajar di rumah tidak akan berjalan. Dalam hal ini, Orangtua sebaiknya meluangkan waktu terjun langsung mendampingi anak. Orangtua adalah sebagai tim belajar anak yang siap mencari solusi jika anak dalam kesulitan dalam belajar. Semakin santai relasi kita dengan anak maka semakin mudah proses belajar di rumah dapat dilalui2. Konsep Belajar di mana Saja, Kapan Saja dan Bersama Siapa Saja
Homeschooling adalah alternatif belajar selain sekolah. Orangtua mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pendidikan untuk anak di rumah. Kita bisa memilih konsep belajar seperti apa yang dirasa efektif untuk anak. Mungkin bisa jadi, kita buat kesepakatan dengan anak tentang belajar seperti apa yang nyaman menurut mereka.Tapi apapun konsep belajar yang kita inginkan, perlu sekali menanamkan kepada anak bahwa di manapun tempatnya adalah tempat belajar. Contohnya : di dapur kita anak belajar pembiasaan membantu orangtua, mengenal jenis sayuran dll; Di ruang keluarga, anak belajar bertoleransi dengan saudara, dan kasih sayang; begitupun di tempat lainnya.
Anakpun perlu dibiasakan untuk menerima siapapun sebagai partner belajar. Belajar tidak harus bersama guru. Belajar bersama ibu, ayah, ataupun kakak juga tak kalah menyenangkan.
Selain itu, anakpun perlu dibiasakan jika belajar tidak hanya dari jam 07.00-12.00. Belajar di rumah adalah belajar sepanjang hari. Waktu makan siang bersama keluarga, anak belajar adabnya makan, melatih panca inderanya dll. Tiba saatnya waktu sholat, anak melakukan pembiasaan wudu dan sholat untuk yang beragama islam. Dengan demikian belajar tak lagi menjadi beban untuk anak tapi menjadi suatu pembiasaan yang menyenangkan karena tidak terikat waktu, tempat dan kepada siapa kita belajar.
3. Orangtua Sebagai Fasilitator, Motivator dan Pemantik Ide
Belajar di Rumah Berbeda dengan di Sekolah. Ada perbedaan mendasar antar keduanya. Misalnya saja dalam hal sarana dan prasarana.kalau di sekolah ada bangku-bangku khusus juga ruang khusus. Sedang di rumah sarana yang digunakan adalah sarana nyata dan langsung bisa praktek. Komunikasinya pun berbeda. Kalau di sekolah pakai bahasa formal. Sedangkan jika anak belajar di rumah bahasa yang digunakan adalah bahasa keseharian yang biasa digunakan.Perbedaan yang mencolok tersebut, mengakibatkan suasana belajar yang berbeda. Dengan demikian sudah selayaknya para orangtua menerapkan metode pendekatan yang berbeda pula
Saat anak belajar di rumah, Orangtua sebaiknya sebagai fasilitator, motivator, dan pemantik ide belajar anak. Memfasilitasi kebutuhan belajar dan minat anak. Memberikan kenyamanan bagi anak agar ia semangat menggali potensi diri. Dalam waktu-waktu tertentu, orangtua juga harus sebagai motivator dan pematik ide belajar anak. Membantu meraih tujuan yang ditetapkan dan menjaga agar kualitas proses dan hasil belajar anak agar optimal. Orangtua juga sebaiknya mampu menjadi teman diskusi yang baik untuk menajamkan gagasan dan kualitas hasil belajar anak. Diskusi dalam proses belajar anak di rumah sangatlah penting. Untuk menambah persepektif anak agar lebih beragam karena kadang anak mengerjakan tugas sekedarnya. Padahal mungkin saja anak mampu lebih dari itu. Sehingga perlu adanya sedikit dorongan agar anak lebih termotivasi dalam mengembangkan idenya menjadi lebih optimal.
4. Adanya kesepakatan dan Aturan Main
Adanya aturan main dan kesepakatan adalah salah satu cara mendisiplinkan anak tanpa harus teriak-teriak dan berlaku keras. Jika komitmen kesepakatan untuk patuh kepada aturan waktu dan ketegasan dapat mengoptimalkan. Maka kedisiplinan sudah pasti sudah berjalan dengan baik tanpa harus teriak-teriak apalagi pukulan.Untuk menanamkan kedisiplinan pada anak kuncinya adalah hindari sikap fleksibilitas dan kelonggaran. Saya sendiri mengalami ini. Saya ada kesepakatan dengan tentang kapan anak saya boleh pegang gadget. Saya sepakat dengan anak-anak bahwa mereka boleh pegang gadget saat hari ahad. Tapi suatu ketika si adik rewel dan minta gadget. Dasar emak gak tega an dikasihkan deh yang dimau anak. Alhasil mereka jadi harus kerja keras untuk mengembalikan peraturan sesuai kesepakatan.
5. Membuat Menu Kegiatan Harian
Mengapa menggunakan kata menu? Karena kegiatan harian anak dibuat seperti model penulisan menu masakan. Karena penulisan menu mudah difahami oleh anak. Pembuatan menu harian dibuat bersama antara orangtua dan anak. Tentang kegiatan yang bernilai pengetahuan atau kegiatan penyalur hobi anak. Namun dalam pelaksanaannya menu harian tak harus sesuai jadwal yang tertera. Anak bisa memilih menu kegiatan apa yang ingin ia tuntaskan dulu. Jika akan ada kegiatan di luar yang sifatnya mendadak anak bisa segera melahap habis menu kegiatan sebelum pergi. Tapi jika ia ingin menyisakan menu kegiatan sepulang dari kegiatan diluar juga tidak masalah. Kegiatan pelaksanaan menu kegiatan ini selain melatih kedisiplinan juga anak belajar me-manage waktu.Demikianlah beberapa tips belajar ala homeschooling yang bisa digunakan para orangtua untuk mendukung kelas online anak. Semoga anak ditengah musibah yang melanda negeri kita tak membuat semangat belajar anak.
Sumber :
https://www.google.com/amp/s/cantik.tempo.co/amp/1320670/libur-sekolah-efek-corona-ini-tips-belajar-di-rumah-ala-praktisi-homeschooling
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/tren/read/2020/03/16/120212965/sekolah-libur-karena-virus-corona-ini-tips-untuk-orangtua-temani-anak